7 Habits of Highly Effective Mukmin

0
281
success

“We become what we repeatedly do”, kata Stephen Covey, penulis “7 Habits of highly effective people. Allah telah memberi kita potensi kebaikan dan keburukan. “Fa alhamahaa fujuurahaa wa takwaahaa” (QS. Asy Syams: 8). Potensi keburukan, jika dibiasakan, akan menjadi karakter buruk. Potensi baik, jika dibiasakan, akan menjadi karakter baik. Manusia yang mampu mengaktualkan potensi baik menjadi karakter yang baik sungguhlah beruntung. “Qad aflaha man zakkaahaa” (QS. Asy Syams: 9). Mengadaptasi konsepnya Stephen Covey, setidaknya ada 7 kebiasaan yang harus dikembangkan agar menjadi mukmin yang lebih baik.

1. BE PROACTIVE

Mukmin yang proaktif tak suka mengeluh. Ia yakin kesulitan akan diikuti oleh kemudahan. “Inna ma’al ‘usri yusraa” (QS. Al Insyirah: 6). Ia tak pernah complain terhadap keadaan. Ia tak pernah menyalahkan faktor external. Ia tak suka ‘blaming’ pihak lain. Setiap perjumpaannya dg mukmin yg lain selalu memberi inspirasi, bukan kritik sana-sini. Ia mengambil tanggung jawab penuh terhadap hidupnya. Ia berorientasi pada solusi-solusi. Ia pemecah masalah, bukan penambah masalah. Ia berkontribusi pada lingkungannya. Ia menjadi ‘role model’. Ia tak menggerutu pada orang dan permasalahan. Ia ‘take action’ untuk mengatasi keadaan.

2. BEGIN WITH THE END IN MIND

Mukmin sejati memiliki cita dan asa dalam hidupnya. Tujuannya berjangka pendek dan jangka panjang. Sukses menggapai harta, tahta dan cinta bukanlah tujuan akhirnya. Visinya tak hanya kesejahteraan dunia, namun juga beriorientasi pada hari esok, kebahagiaan pasca dunia (QS Al-Hasyr [59] : 18). Kemenangan-jangka panjang yang diinginkannya adalah dijauhkan dari neraka dan dimasukkan surga (QS. Ali Imran: 185). Mukmin sejati memilik visi. Ia memiliki ‘planning’ dalam hidupnya. Ikhtiarnya terfokus untuk mewujudkan visinya. Gerak kehidupannya dipandu oleh visinya.

3. PUT FIRST THING FIRST

Mukmin mulia memiliki skala prioritas. Ia mampu mendahulukan perkara-perkara yang utama. Ia tak ingin menjadi manusia yang merugi dalam hidupnya. Oleh karenanya, ia mengokohkan imannya; memperbanyak amal shalehnya, menebar pesan-pesan kebaikan dengan lisannya. Ia berhati-hati dengan waktu luangnya. Ia memilih berbuat dan berkata-kata yang berguna. Ia menghindari hal-hal yang sia-sia. Ia tak suka menunda-nunda kebaikan dalam hidupnya. Ia bergegas menuju ampunan Tuhannya. Ia berlari mengejar asa yang diridhai Rabnya.

4. THINK WIN WIN

Mukmin sejati tak ingin menang sendiri. Ia menumbuhkan mentalitas berkelimpahan dalam hidupnya. Ia tak serakah, tamak dan loba. Sikap hidupnya adalah: “I can win, so you can”. Baginya, “fastabiqul khairat” bukanlah kompetisi aku menang dan kamu pecundang, namun saling mendukung agar semua menjadi pemenang. Berpikir menang-menang adalah motivasi agar diri ini menjadi “rahmatan lil alamin bagi yang lainnya”.

5. SEEK FIRST TO UNDERSTAND THEN TO BE UNDERSTOOD

Allah memberi kita satu mulut dan dua telinga. Tujuannya agar kita banyak mendengar daripada banyak bicara. Banyak orang yang berbicara, tapi ucapannya tak benar karena tak sudi mendengar. Padahal: “Wahai orang-orang yang beriman, bertakwalah kalian kepada Allah dan katakanlah perkataan yang benar.” (al-Ahzab: 70). Banyak orang yg tak mau mendengar, maunya didengar. Banyak orang yg tak mau memahami, maunya dipahami. Mendengar itu menambah ilmu. Mendengar itu membuka hati untuk menerima nasehat. Mendengar itu memperkaya kita dg sudut pandang yg berbeda. So pasti, mukmin sejati mau mendengar sebelum minta didengar. Belajarlah mendengar sebelum minta didengar. Agar jiwa terlatih tuk rendah hati. Agar hati terdidik tuk memberi empati. Agar diri ini mampu menghargai.

6. SYNERGIZE

Sesungguhnya kekuatan ummah itu ada pada jamaah dan TEAMwork. TEAM itu singkatan dari Together Everyone Achieve More. Kerjasama itu menguatkan. Teamwork itu mengokohkan. Allah menciptakan kita dengan talenta yang berbeda agar kita bersinergi saling melengkapi. Certainly, we can attain greater success if we work together!

7. SHARPEN THE SAW

Sharpen the saw adalah self-renewal, self-care, self-respect and self-improvement. Yang merugi itu jika hari ini sama dengan hari kemarin. Yang beruntung itu jika hari ini lebih baik dari hari yang lalu. Maka asahlah kemampuanmu agar menjadi insan yang lebih maju. Mukmin sejati digerakkan oleh etos Ihsan: berbuat yang terbaik dalam setiap perkara. Agar menjadi terbaik, ia senantiasa melejitkan setiap potensi, baik jasmani maupun rohani. Ia menginvestasikan waktunya untuk memperbaiki tauhid, akhlak ilmu dan amalnya.

Melbourne, 27/7/2016
Ustadz Endro Hatmanto